Nah puisi yg akan di post termasuk dalam karyanya yg berjudul "cermin jiwa",,
cekhidouut. :)
ASTAGA, HATIKU !
Astaga, hatiku, rahasiakanlah cintamu,
dan sembunyikanlah rahsaia itu dari mereka-mereka yg engkau lihat
maka engkau mendapatkan keuntungan yg lebih baik
Dia yg mengungkapkan rahasia dianggap orang bodoh ;
keheningan dan kerahasian adalah jauh lebih baik bagi dia yg jatuh cinta
Astaga, hatiku, kalau seseorang bertanya,
"apa yg terjadi?" jangalah menjawab.
kalau engkau ditanya, "siapa dia?"
katakanlah dia mencintai pria lain.
dan pura-puralah bahea itu tidak ada konsekuesinya.
Astaga, cintaku, sembuyikanlah gairahmu;
penyakitmu adalah juga obatmu
sebab cinta bagi jiwa adalah ibarat anggur dalam gelas
yang engkau lihat adalah cairannya, yg tersembunyi adalah rohnya.
Astaga, hatiku, sembunyikanlah kesusahanmu;
supaya, seandainya lautan menderu dan langit runtuh, engkau akan aman
BURUNG MURAI
Wahai burung murai, bernyanyilah!
sebab rahasia kekekalan terdapat di dalam nyanyian.
seandainya saja aku sepertimu, terbebas dari penjara dan rantai.
Seandainya aku sepertimu;
jiwa yg terbang diatas lembah-lembah,
menghirup terang seperti anggur dihirup dari cawan-cawan surgawi.
Seandainya saja aku sepertimu, polos, mencukupkan diri dan bahagia,
mengabaikan masa depan dan melupakan masa silam.
Seandainya saja aku sepertimu dalam keindahan, keluwesan, dan keanggunan,
dengan angin yg membuka sayapku untuk dihiasi oleh embun.
Seandainya saja aku sepertimu,
sebuah pikiran yg melayang-layang diatas tanah,
mencurahkan nyanyian-nyanyianku diantara hutan dengan langit.
Wahai burung murai, bernyanyilah! dan hapuskanlah kecemasanku,
kudengar suara di dalam suaramu yg berbisik di dalam telinga batinku.
TUJUH TEGURAN
Kutegur jiwaku tujuh kali!
Yang pertama: ketika aku berupaya meninggikan diri sendiri
dengan mengeksploitasi yang lemah.
Yang kedua: ketika aku pura-pura timpang
dihadapan mereka yang lumpuh.
Yang ketiga: ketika, setelah diberikan pilihan,
aku memilih yg mudah ketimbang yg sulit.
Yang keempat: ketika aku membuat suatu kekeliruan,
kuhibur diriku sendiri dengan kekeliruan orang lain.
Yang kelima: ketika aku bersikap jinak karena ketakutan,
lalu mengklaim diriku kuat dalam kesabaran.
Yang keenam: ketika kuangkat pakaianku untuk menghindari lumpur kehidupan.
Yang ketujuh: ketika aku berdiri menyanyikan pujian bagi Allah
dan menganggap nyanyian itu suatu kebajikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar